Tentang Menjadi Fanatik yang Buta dan Tuli

Sebuah Refleksi Diri

Nabila Putri Salsabila
3 min readMay 22, 2019

Sayang, bukankah Tuhan sendiri yang berfirman dalam kitab-Nya, bahwa apa-apa yang berlebihan itu tidak baik?

Apalagi membenci teramat sangat akan hal-hal yang tidak kita ketahui dengan jelas akar permasalahannya — jangankan akarnya, duduk permasalahannya saja tidak tahu, lalu menelan mentah-mentah segala hal yang dimuntahkan sosok (yang kelihatannya lebih) berkuasa.

Sayang sekali, ini kebenaran yang harus kau terima:

Menjadi fanatik yang buta dan tuli membuat mulutmu terbuka untuk bersuara paling kencang, tetapi hatimu malah jadi tertutup rapat-rapat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia didesain untuk hanya mendengar apa yang mau ia dengar, dan selalu ingin merasa paling benar. Kata Friedrich Nietzsche, terkadang manusia tidak mau menerima kenyataan karena itu akan menghancurkan ilusi-ilusi yang sengaja kita buat dalam kepala kita sendiri.

Tapi aku beritahu suatu hal, ya:

Selama itu ciptaan manusia atau berkaitan dengan manusia, tidak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia ini yang patut didewakan sebegitunya sampai titik darah penghabisan.

Maka dari itu..

Jadilah orang yang mencintai secukupnya,
Membenci sewajarnya,
Bercanda atau serius pada tempatnya,
Bahagia, senang, sedih, marah, dan menangis pada waktunya,
Memberikan kepercayaan sepantasnya,
Berusaha dan berdoa sesuai kadarnya,
Berharap sepatutnyajika sesuai harapan, panjatkan puji syukur, tetapi jika tidak: mungkin semesta punya jalan cerita yang lebih baik,
Dan yang paling penting: jadilah sosok yang kritis dan selalu haus akan ilmu pengetahuan, fakta, dan data.

Lagipula, memangnya manusia sudah benar-benar dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah?

Definisi baik bagimu belum tentu baik bagi orang lain, begitu pula sebaliknya: definisi buruk bagimu belum tentu buruk bagi orang lain.

Warna hitam yang biasa kau lihat bisa jadi terlihat abu-abu atau putih di mata orang lain, begitu pula sebaliknya: warna putih yang biasa kau lihat bisa jadi terlihat abu-abu atau hitam di mata orang lain.

Maka dari itu, sia-sia rasanya jika sampai bersikeras memaksakan definisi-definisi dalam kamus hidup masing-masing ke manusia lain. Tetaplah menjadi kertas kosong yang terbuka dan siap menampung kosa kata dan definisi-definisi baru, mana tahu ada buah-buah pikir modern yang rasanya lebih manis dan mengenyangkan dibanding yang selama ini biasa kau makan.

(Atau jangan-jangan, semua hal di dunia ini sebenarnya berwarna abu-abu? Atau berwarna-warni, kita saja yang tidak dapat melihat spektrum warna lain? Ah, kalau itu aku juga tidak tahu jawabannya.)

Intinya, selama kita masih jadi manusia, ku rasa tidak perlulah berlagak mengambil peran menggantikan Tuhan bagi manusia lain.

Yang aku tahu, manusia diciptakan dengan kapasitas berupa akal sehat dan pintar yang bisa berpikir rasional.

Meskipun memang tidak semua hal di dunia ini bisa dijelaskan dengan logika dan akal sehat, tetapi ada baiknya jika kita menggunakan sebaik-baiknya pemberian Tuhan yang paling berharga tersebut.
Tentu ada alasan di balik pengklasifikasian manusia sebagai Homo sapiens, bukan?

Dipikir-pikir, prinsip ekonomi The Law of Diminishing Returns — Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Menurun— rasa-rasanya juga berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, ya?

Jadi, sungguh, apa-apa yang berlebihan itu memang tidak baik.

Dan, bukankah tujuan hidup yang sebenar-benarnya adalah mendapatkan kebahagiaan lewat keseimbangan, bukan berlomba-lomba siapa yang menjadi paling berlebih-lebihan?

–— Nabila Putri Salsabila–—

Jakarta, 22 Mei 2019, 01:29
Ditulis dalam keadaan kecewa dan pesimis, terinspirasi dari peristiwa politik di Indonesia selama ini yang seringkali
tidak masuk akal sama sekali

Český Krumlov, Czech Republic by Lonely Planet

P.S.: Menurut penulis, satu-satunya hal di dunia ini yang boleh dan masuk akal untuk dikagumi sebegitunya hanyalah keindahan kota kecil Český Krumlov, juga warna langit senja dan matahari tenggelam di Pulau Bali.

--

--

Nabila Putri Salsabila

Twitter and LinkedIn active user. My thoughts also live in Steller, Tumblr, and WordPress.